Natal dan Hadis Tasyabbuh


Ada satu hadis yang belakangan kerap dikutip sekalangan muslim sebagai dalil untuk mengharamkan orang Islam memakai topi Santa Claus. Hadis yang lazim disebut hadis tasyabbuh (penyerupaan) itu berbunyi: "Barang siapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk kaum itu." Bagi mereka, pakaian santa adalah bagian dari ikon Natal yang khas Kristen. Karena itu, mengenakan topi santa bagi muslim adalah tindakan menyerupai kaum Kristen, yang dilarang oleh Nabi.

Santa


…….He was dressed all in fur, from his head to his foot, And his clothes were all tarnished with ashes and soot; A bundle of toys he had flung on his back, And he looked like a pedler just opening his pack. His eyes—how they twinkled! his dimples, how merry! His cheeks were like roses, his nose like a cherry! His droll little mouth was drawn up like a bow, And the beard on his chin was as white as the snow ……. 

 A Visit from St. Nicholas, demikian Clement Clark Moor asal New York mendeskripsikan sosok khayalan dalam sajak menjelang Natal tahun 1822. Siapa sangka sosok ini kemudian menyebar dan merasuk ke dalam hidup orang Amerika. Ia menjelma menjadi Santa Clauss berkelana menggendong bungkusan berisi mainan, menjadikan icon yang digemari anak anak. Bahkan sampai di belahan bumi yang berjarak jauh dari Amerika, anak anak masih percaya untuk menaruh kaus kaki yang kelak akan diisi hadiah dari Santa.

Apakah Rokok Elektrik Adalah Sebuah Solusi?



Sejak kemunculannya, perangkat e-cigarettes atau lebih dikenal dalam bahasa Indonesia dengan istilah rokok elektrik ini sudah jadi bahan perbincangan banyak orang. Banyak yang berasa bahwa rokok elektrik ini adalah jawaban bagi perseteruan antara dua kubu besar, perokok dan anti asap rokok. Apakah benar demikian? Mungkin untuk bisa tahu jawabannya kita harus merunut kembali mengapa urusan rokok ini jadi biang keributan banyak orang.

Mengusut Pertikaian “Aturan vs Kebebasan”


Hampir tujuh belas tahun bangsa kita merayakan kebebasan berdemokrasi sejak pecahnya reformasi. Ironisnya, sekian belas tahun tadi tidak sedikit yang merayakan kebebasan tadi dengan melabrak semua aturan atau membuat aturan versi sendiri, atau bahkan menempatkan aturan yang berlapis. Bagaimana sesungguhnya kita menghadapi dan menjalani aturan ini?