Polri, Anda Kini Milik Siapa?



Melihat di media massa, polisi bersujud syukur dan bergembira atas ”kemenangan” pada keputusan pengadilan Jakarta Selatan untuk perseteruan cakapolri Budi Gunawan versus KPK, adalah sebuah pemandangan yang membuat saya mengerenyitkan dahi seharian.

Salah Kaprah Ekonomi Kreatif Indonesia


Pemerintahan Jokowi nampak serius sekali menggarap ekonomi kreatif. Setelah hampir dua periode pemerintahan SBY mencoba mengelola ekonomi kreatif lewat kementrian, kini presiden menganggap cara yang lebih efektif adalah dengan membuat lembaga di luar kementrian yang posisinya langsung di bawah pengawasan presiden. Namun, sudah benarkah arah dan misi sesungguhnya dari jargon ekonomi kreatif ini? Jangan-jangan hanya akan jadi lembaga yang sama dengan kementrian dua periode kemarin? yang gamang menentukan arahnya mau kemana?

Mengapa “follow your passion” adalah saran yang menyesatkan


Catatan singkat tentang penerjemahan “passion” menjadi renjana:
Saya berencana menulis topik ini dalam Bahasa Indonesia. Tantangan pertama yang saya hadapi adalah menerjemahkan kata “passion” itu sendiri. Seringkali dalam konteks ini “passion” diterjemahkan menjadi “semangat”, dan ini  terlalu longgar. Kadangkala “passion” dialihbahasakan menjadi “hasrat”. “Hasrat” adalah sinonim dari keinginan, sehingga lebih cocok untuk menerjemahkan “desire“. 
Dalam kamus Bahasa Inggris (Oxford), definisipassion” adalah “strong and barely controllable emotion“. Google Translate menyarankan kata “renjana” untuk “passion“. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “renjana” sebagai “rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi”). Dengan demikian, saya rasa cukup tepat menerjemahkan “passion” menjadi “renjana”. Kata “renjana” memang belum umum, tapi mungkin kita bisa mulai mempopulerkannya.

Menuntut Persepsi Atas Nama Agama


Sebuah hotel di Bandung digeruduk massa. Mereka marah dan meminta pemkot mencabut izin hotel. Apa sebab? Ternyata hanya karena logo hotel tersebut - yang mengambil simbol Virgo dalam zodiak, menurut persepsi mereka mirip dengan tulisan “Allah” yang diputar terbalik.

Bigotry


Bigotry, sikap memusuhi yang bukan kalangan sendiri, kian membayangi negeri ini. Fanatisme membabi buta dan kebencian terhadap mereka yang bukan bagian dari kelompoknya.

Sneha Kothari Mashru, gadis muda yang berprofesi sebagai penyiar radio, tak menyangka hari itu akan menjadi hari paling mengerikan dalam hidupnya. Sabtu siang, 21 September 2013, segerombolan orang bersenjata memasuki Westgate Mall, Nairobi, Kenya, dan langsung memberondongkan bedilnya secara membabi buta. 

Natal dan Hadis Tasyabbuh


Ada satu hadis yang belakangan kerap dikutip sekalangan muslim sebagai dalil untuk mengharamkan orang Islam memakai topi Santa Claus. Hadis yang lazim disebut hadis tasyabbuh (penyerupaan) itu berbunyi: "Barang siapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk kaum itu." Bagi mereka, pakaian santa adalah bagian dari ikon Natal yang khas Kristen. Karena itu, mengenakan topi santa bagi muslim adalah tindakan menyerupai kaum Kristen, yang dilarang oleh Nabi.

Santa


…….He was dressed all in fur, from his head to his foot, And his clothes were all tarnished with ashes and soot; A bundle of toys he had flung on his back, And he looked like a pedler just opening his pack. His eyes—how they twinkled! his dimples, how merry! His cheeks were like roses, his nose like a cherry! His droll little mouth was drawn up like a bow, And the beard on his chin was as white as the snow ……. 

 A Visit from St. Nicholas, demikian Clement Clark Moor asal New York mendeskripsikan sosok khayalan dalam sajak menjelang Natal tahun 1822. Siapa sangka sosok ini kemudian menyebar dan merasuk ke dalam hidup orang Amerika. Ia menjelma menjadi Santa Clauss berkelana menggendong bungkusan berisi mainan, menjadikan icon yang digemari anak anak. Bahkan sampai di belahan bumi yang berjarak jauh dari Amerika, anak anak masih percaya untuk menaruh kaus kaki yang kelak akan diisi hadiah dari Santa.